Kamis, 12 Maret 2009

Menyiasati Kurikulum Pendidikan Diperlukan Metode Pembelajaran Terpadu




5. Menyiasati Kurikulum Pendidikan Diperlukan Metode Pembelajaran Terpadu Jakarta, Kompas
Pemerintah seharusnya bukan hanya menciptakan kurikulum pendidikan, tetapi juga memikirkan kembali cara penyampaian materi kurikulum itu. Salah satu alternatif yang dapat dipikirkan pemerintah adalah bagaimana dapat menerapkan metode pembelajaran terpadu di sekolah-sekolah.Hal itu dikemukakan Sekretaris Program Studi Usia Dini Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Martini Jamaris MSEd dalam seminar bertajuk "Pembelajaran Terpadu untuk Usia Dini (Sekolah Dasar)", yang diselenggarakan Program Pascasarjana UNJ, di Jakarta, Sabtu (23/9).
Menyiasati kurikulum yang padat dan seakan-akan menjejalkan murid dengan berbagai mata pelajaran, kata Martini, metode pembelajaran terpadu dapat menjadi pilihan di sekolah-sekolah. Metode ini tidak mengesampingkan kurikulum nasional, melainkan upaya menyiasati kurikulum dengan cara yang mudah dan menarik. Metode ini pun tetap mengandalkan infrastruktur tenaga pendidik yang terlatih dan kreatif, instansi pengembang pendidikan, dan fasilitas yang memadai.
Lintas disiplin
Pada hakikatnya, demikian Martini, anak memiliki kemampuan kreatif. Untuk itulah diperlukan metode pembelajaran terpadu, sehingga bisa mengakomodasi kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu itu harus menggunakan pendekatan lintas disiplin ilmu yang disusun secara berkesinambungan. Lewat pendekatan itu, diyakini akan muncul pengalaman yang bermakna antara pengalaman sehari-hari dengan pangalaman yang akan dipelajari peserta didik.
Metode ini menekankan partisipasi aktif anak yang sedang dalam proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Yang pasti, kata Martini, metode ini menolak dengan keras sistem drill atau hafalan sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual.
"Artinya, metode pembelajaran terpadu lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil keputusan," ujarnya seraya menambahkan, metode ini dapat pula dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi gejala penjejalan materi kurikulum yang biasa terjadi di sekolah.
Berbeda dengan metode klasik yang sering menempuh proses pembelajaran dengan penataan yang klasikal, rapi, anak diberi tugas, dan guru mengajar secara monolog, sehingga cenderung membosankan dan menghambat perkembangan aktivitas murid, pembelajaran terpadu memberi peluang tumbuhnya kreativitas sesuai dengan kebutuhan murid itu sendiri. Lebih lanjut diharapkan murid dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang tinggi.
"Kepadatan kurikulum yang menjadi kendala selama ini perlu dimodifikasi dengan cara-cara pengajaran yang tepat dan menarik. Tentu saja upaya modifikasi itu tidak melupakan aspek-aspek penting dalam kurikulum," tegasnya.
Butuh "team work"
Meski demikian disadari bahwa jalannya metode pembelajaran terpadu tidak hanya bergantung pada kreativitas anak. Metode itu tetap membutuhkan kerja kelompok antara guru dan staf guru yang ada di kelas, sehingga aspek kognitif, afektif, dan motorik dapat dicatat dalam evaluasi penilaian akhir. Evaluasi itu bukan hanya dari sudut pengetahuan, tetapi juga cara bersikap, keterampilan, dan konsistensitas dalam berperilaku.
Untuk menunjang evaluasi tersebut, ujar Martini, kurikulum nasional diharapkan tetap tercapai, tetapi kebutuhan optimal kreativitas anak juga tidak boleh diabaikan. Untuk itulah dibutuhkan team work yang kuat dari staf pengajar sekolah. "Jika memang metode itu sulit dilakukan setiap hari, paling tidak sekolah dapat menerapkannya satu hari dalam enam hari waktu efektif belajar," harapnya.
Dra Angie Anggari, Kepala SD Madani, menilai bahwa untuk melaksanakan metode ini masih terkendala oleh pandangan masyarakat yang sudah terkotak dengan melihat evaluasi dari sudut pengetahuan. Akibatnya, daya keterampilan peserta didik dilupakan.
Diakuinya, SD Madani yang terletak di kawasan Parung, Jawa Barat, telah melaksanakan metode ini dan mampu mengejar target kurikulum. Namun, karena belum meluluskan murid-muridnya, sekolah tersebut belum dapat menunjukkan secara teliti hasil lulusannya untuk menempuh jenjang pendidikan selanjutnya. Yang jelas, kata Angie, metode klasik tidak dilakukan secara penuh, karena metode itu menghambat komunikasi dan kreativitas untuk mengungkapkan ide dan eksplorasi penemuan-penemuan anak.
"Metode ini dapat membuat anak belajar dengan tuntas, tidak terkotak-kotak antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, dan tidak hanya belajar dengan menerima pengetahuan, tetapi juga memperoleh skill untuk jenjang pendidikan selanjutnya," katanya. Sebagai metode pembelajaran alternatif, tambahnya, yang pasti metode ini merupakan pilihan yang tidak mengganggu target kurikulum pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar