Jumat, 13 Maret 2009

Krisis Kekurangan Guru

Jumat, 2 Mei 2008 | 20:33 WIB

Bandung, Kompas - Sebanyak 1,4 juta dari 2,7 juta tenaga guru di Indonesia akan segera pensiun lima hingga sepuluh tahun ke depan. Jika tidak segera diantisipasi, akan terjadi krisis tenaga pengajar.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Fasli Jalal mengatakan, secara bertahap, Indonesia membutuhkan tenaga baru hingga 1,4 juta guru. Kebutuhan guru yang berkualitas diharapkan bisa dipenuhi lembaga pendidikan tenaga kependidikan, termasuk Universitas Pendidikan Indonesia.

"Banyak daerah yang mengeluhkan kekurangan guru. Kalimantan Selatan kekurangan 20.000 guru," kata Jalal pekan lalu.

Kekurangan guru ini terutama terjadi di sekolah kejuruan. Depdiknas menargetkan pada 2009-2010, rasio siswa SMK akan melebihi SMA, yaitu 60:40. Saat ini kondisinya masih terbalik.

Dibandingkan dengan negara lain, menurut Jalal, rasio kebutuhan guru dan murid di Indonesia saat ini termasuk cukup. "Rasionya 1:20 untuk SD dan 1:14 untuk SMP," ujarnya.

Menurut Jalal, saat ini terjadi ketimpangan penyebaran guru antara wilayah perkotaan dan tempat terpencil. Banyak daerah terpencil kekurangan guru. Ia memberi contoh Kabupaten Yahukimo, Papua, yang rasio guru dan murid mencapai 1:73. Artinya, satu guru melayani 73 siswa. Di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, bahkan ada satu guru yang mengajar sekaligus enam kelas tingkat SD. Kontrasnya, di wilayah lain, seperti Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, rasio itu mencapai 1:11.

Akibatnya, guru di daerah terpencil memiliki beban kerja hingga 42 jam, padahal normalnya 24 jam. Menurut Jalal, kesenjangan ini diakibatkan pemerintah daerah tidak bisa memaksimalkan kewenangan untuk mendistribusikan guru. (jon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar